top of page
Wita Zella

Rambut Rontok Normal atau Hormonal? Kenali Perbedaanya


Rambut rontok merupakan hal wajar dan sering terjadi. Helaian rambut rontok biasanya kerap terlihat ketika keramas, menyisir, tidur, ataupun menguncir rambut. Meski begitu, rambut yang terus menerus berjatuhan dalam kurun waktu yang lama patut dicurigai, apakah rambut rontok normal atau terdapat kondisi lain?


Artikel kali ini akan membahas perbedaan rambut rontok biasa dengan kondisi alopesia androgenik.


Rambut Rontok

Perlu diketahui bahwa terdapat banyak penyebab mengapa rambut mengalami kerontokan. Mulai dari faktor keturunan, hairstyling yang terlalu kencang, umur, adanya infeksi kulit kepala, kehamilan, pengobatan tertentu, dan lain sebagainya.


Dalam istilah medis, Telogen Effluvium dan Alopesia Androgenik adalah dua bentuk umum kerontokan rambut yang bisa terjadi pada pria maupun wanita. Bedanya, kondisi rambut rontok telogen effluvium hanya terjadi sementara, yang biasanya dipicu oleh peristiwa tertentu. Sedangkan kondisi alopesia androgenik bisa menyebabkan kerontokan rambut secara permanen, yang biasanya meninggalkan sebuah pola kebotakan tertentu. Walapun awal mula kedua bentuk kerontokan rambut terlihat sama, namun keduanya memberikan efek berbeda pada folikel rambut.


Apa itu Telogen Effluvium?

Telogen effluvium adalah bentuk kerontokan rambut sementara yang terjadi ketika rambut memasuki fase telogen (fase istirahat rambut) sebelum waktunya. Berdasarkan siklus, rambut terus tumbuh, beristirahat, dan rontok sebagai bagian dari siklus multi-fase.


Pada kulit kepala orang yang sehat, sekitar 85% rambut berada dalam fase anagen, di mana rambut tumbuh hingga panjang selama beberapa tahun. Sisanya, sekitar 15% rambut akan berada dalam fase telogen — fase istirahat di mana rambut berhenti tumbuh aktif dan siap untuk rontok. Setelah rambut yang masuk fase telogen rontok, rambut akan tumbuh kembali di fase anagen. Sedangkan telogen effluvium adalah kondisi di mana rambut seseorang mengalami fase telogen sebelum waktunya, menyebabkan rambut beristirahat dan rontok secara massal. Setelah mengalami rontok massal, dampak telogen effluvium dapat membuat rambut terlihat lebih tipis. Meski begitu, kondisi telogen effluvium tidak permanen dan bisa diperbaiki setelah faktor penyebab diketahui oleh dokter kulit.


Faktor pemicu Telogen Effluvium

Kondisi telogen effluvium umumnya dipicu oleh stres pada tubuh, yang akhirnya memengaruhi folikel rambut. Faktor lain dapat memicu telogen effluvium, termasuk demam, infeksi, trauma parah, fluktuasi kadar hormon tertentu (seperti kehamilan), obat-obatan, dan masalah diet seperti kekurangan zat besi, asupan protein rendah, atau konsumsi logam berat.


Apa itu Alopesia Androgenik?

Berbeda dengan kondisi telogen effluvium, alopesia androgenik adalah bentuk kerontokan rambut permanen yang disebabkan oleh lebihnya hormon androgen (hormon pria) pada folikel rambut. Baik wanita dan pria dapat mengalami kondisi alopesia androgenik, yang bisa disebut dengan pola kebotakan pria dan kerontokan rambut pola wanita. Alopesia androgenik disebabkan oleh faktor genetik dan efek hormon yang disebut dihidrotestosteron, atau DHT. Proses kondisi alopesia androgenik umumnya dimulai dari miniaturisasi folikel, di mana folikel rambut menjadi semakin kecil dan halus. Seiring berjalannya waktu, folikel rambut menjadi rusak menyebabkan rambut tidak bisa lagi tumbuh menembus lapisan terluar kulit, sehingga mengalami penipisan dan kebotakan.


Baca juga: Rambut Rontok Hingga Botak? Kenali Alopesia Androgenik Pola kebotakan alopesia androgenik seringnya dimulai dari area dekat garis rambut frontal, yang lambat laun berdampak pada hampir seluruh kulit kepala, meninggalkan kebotakan pola yang khas.


Cara membedakan rambut rontok normal dengan alopesia androgenik

Meskipun kerontokan rambut terlihat sama saja, tetapi terdapat beberapa perbedaan karakteristiknya, di antaranya :

#1. Kondisi alopesia androgenik adalah kerontokan rambut permanen, sedangkan kerontokan rambut telogen effluvium adalah sementara. Sederhananya, rambut rontok akibat alopesia androgenik biasanya tidak akan tumbuh kembali, sedangkan kerontokan telogen effluvium pada akhirnya akan berhenti. #2. Pola kebotakan alopesia androgenik biasanya terlihat beberapa penipisan rambut di sekitar pelipis atau bagian lain dari garis rambut, lalu diikuti dengan kebotakan dekat mahkota kulit kepala. Meski begitu, pola kebotakan akibat alopesia androgenik akan terlihat berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya karena komponen genetik. Sedangkan telogen effluvium, kerontokan rambut tersebar pada seluruh kulit kepala secara merata, dengan garis rambut yang utuh namun jumlah rambut berkurang, menghasilkan tampilan rambut "tipis". #3. Kondisi kerontokan rambut akibat alopesia androgenik biasanya terjadi secara bertahap selama beberapa tahun atau dekade, sedangkan kerontokan rambut telogen effluvium terjadi secara tiba-tiba. Jika seseorang memiliki alopesia androgenik, garis rambut yang perlahan-lahan semakin tinggi dan lebar akan terlihat. #4. Perbedaan keempat, alopesia androgenik dapat terjadi pada pria dari segala usia, tetapi biasanya paling parah terjadi pada pria paruh baya dan lebih tua. Di sisi lain, telogen effluvium terjadi pada orang di segala usia, namun lebih sering terjadi pada wanita karena perubahan kadar hormon yang terjadi secara tiba-tiba, seperti selama dan setelah kehamilan.


Kapan harus ke dokter?

Kabar baiknya adalah, kondisi telogen effluvium dan alopesia androgenik dapat diatasi dan diperbaiki oleh dokter kulit melalui beberapa perawatan. Jadi, ketika Anda mulai menyadari kerontokan rambut secara berlebihan ataupun dalam jangka waktu yang lama, ada baiknya segera konsultasikan dengan dokter ahli kulit agar kondisinya bisa dicegah dan diperbaiki sedini mungkin.



Perawatan wambut rontok alopecia androgenic oleh dokter Edwin Tanihaha di IORA Clinic, Jakarta Selatan
Transformasi rambut kondisi alopesia androgenik


Comments


bottom of page